Tampilkan postingan dengan label Fotografer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fotografer. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Januari 2016

Kamera Retro Holga Versi Digital

 

Kamera Retro Holga Terbaru Dengan Versi Digital


Kamera Klasik Holga, yang dikenal memiliki ciri khas low fidelity, akhirnya dibuat ulang dalam versi digital. Menggunakan kamera ini kamu bisa menghasilkan foto bernuansa nyeni dan langsung diunggah ke media sosial.

Bentuknya sederhana dengan bahan plastik dan navigasi otomatis. Kamu tidak perlu pusing memikirkan soal shutter speed, aperture, ISO atau white balance untuk memakainya. Cukup arahkan dan jepret saja.

Seperti umumnya kamera Holga, foto yang dihasilkan memang bernuansa "retro", dengan efek blur, dihiasi vignette dan terdapat bocoran cahaya di mana-mana. Namun hal tersebut justru menjadi ciri khas yang bernilai seni.

Holga orisinil pertama kali dibuat oleh seorang wirausahawan bernama T.M. Lee. Versi digital ini juga dibuat oleh Lee melalui kerjasama dengan beberapa rekannya.

"Kami merancang Holga Digital untuk siapapun, baik pengguna pertama atau penggemar fotografi. Menggunakan kamera ini, kamu akan memotret foto-foto yang indah dalam hitungan detik," tulis perusahan pembuat kamera tersebut, Holga Digital, seperti dilansir Nextren dari Peta Pixel, Selasa (1/9/2015).

Holga Digital hadir dengan berbagai pilihan warna, mulai dari putih, hitam, pink, hingga campuran berbagai warna (kuning, biru, pink, hijau). Selain itu ada juga pilihan aksesoris berupa lensa wide, fisheye, tele dan flash eksternal.

Soal spesifikasi, kamu bakal mendapatkan sebuah sensor CMOS ukuran 1/3.2 inci dengan resolusi 8 megapiksel dan pilihan aspect ratio 1:1 atau 4:3. Ada juga sebuah viewfinder untuk mengintip objek foto, aperture F2.8-8.0, shutter speed 1/60 atau bulb, slot memori SD, Micro USB serta jarak fokus minimal 1,5 meter.

Nah, Holga Digital kini sedang mengajukan penggalangan dana di Kickstarter. Kamu bisa mendapatkannya melalui link ini.

Hingga saat ini, kamera klasik itu sudah mendapatkan sokongan dari 831 orang, dengan total dana 92.658 dollar Kanada atau sekitar Rp 991 juta. Masih ada waktu 44 hari lagi untuk ikut mendukung dan mendapatkan kamera tersebut.

Pengembangan Sensor Drone Anti Nabrak

 

Sensor Drone "Anti Nabrak" Terinspirasi Mata Serangga


Tak seperti drone yang rentan nabrak jika pengendalinya tidak ahli, serangga terbang memiliki kemampuan menghindari obyek lain. Rahasianya terletak pada konstruksi mata mereka yang sangat peka terhadap perubahan cahaya.

Alat pengelihatan serangga ini mampu mendeteksi refleksi-refleksi kecil dari obyek di sekitar -termasuk obyek bergerak- sehingga sang serangga mampu bereaksi cepat dan mengubah jalur terbang apabila diperlukan.

Kemampuan inilah yang hendak diterapkan pada Drone Masa Depan oleh peneliti Dario Floreano dari Swiss Institute of Technology, sebagaimana dirangkum oleh Nextren dari Geek, Senin (10/8/2015).

Caranya adalah dengan membikin sensor khusus yang terinspirasi dari mata seranggka. Sensor ini terdiri dari tiga photodetector alias pendeteksi cahaya yang disusun membentuk segitiga.

Sensor mengukur jarak dan arah gerakan berdasarkan kalkulasi pantulan cahaya yang diterima oleh masing-masing photodetector. "Mata serangga" ala drone tersebut sudah teruji bisa dipakai dalam kondisi luar ruangan maupun dalam ruangan yang gelap.

Kelak, sensor bikinan Floreano bisa dipakai untuk mencegah drone bertabrakan di udara.

Tapi sebelum dapat mewujudkan tujuan itu, dia berkata masih harus memikirkan bagaimana caranya menggabungkan banyak sensor di satu bidang seperti mata serangga sungguhan. Ini perlu supaya drone bisa mendapat pandangan 360 derajat ke semua arah.

Drone Fleye Ini Diklaim Paling Aman


Drone Dengan Kipas Yang Berada Di Dalam


Desain wahana terbang alias drone yang beredar belakangan ini dianggap cukup berbahaya. Dengan bilah-bilah kipas yang berputar kencang, drone bisa saja menimbulkan cedera bagi pengguna yang kurang hati-hati.

Nah, masalah itu yang berusaha diatasi oleh sebuah perusahaan bernama Fleye. Melalui produk yang dikembangkannya, startup tersebut bercita-cita menghadirkan drone teraman di seluruh dunia.

Hasilnya adalah Drone Fleye, sebuah drone dengan desain berbeda dari drone lainnya. Ia berbentuk membulat.

Fleye tetap memiliki bilah-bilah kipas sebagai penggerak, namun komponen berbahaya itu disembunyilan di balik selubung plastik tahan benturan.

Pelindung dari plastik itulah yang mampu mencegah bilah kipas melukai bagian tubuh pengguna drone atau orang lain di sekitarnya.

"Inovasi utama dari Fleye adalah desain membulat yang unik, di mana semua bagian bergerak dilindungi sepenuhnya. Artinya, Anda bisa memegang, menyentuh, mendorong, dan menabrak Fleye tanpa adanya risiko mencederai diri sendiri atau orang lain," tulis Fleye, sebagaimana Nextren rangkum dari situs urun dana Kickstarter, Jumat (15/1/2016).

Drone Fleye Terbang Otomatis :


Selain itu, Fleye dilengkapi dengan 7 buah sensor yang terdiri dari accelerometer, gyroscope, magneto sonar, optical flow, altimeter, dan GPS.

Ada juga kamera 5 megapiksel yang mampu mengambil video dengan kualitas 1080 piksel 30 fps, baterai yang bisa membuat drone terbang selama 10 menit, CPU ARM A9 dual-core, RAM 512 MB, dan memori 4 GB.

Menariknya, API dan SDK dari Fleye ini dibiarkan terbuka sehingga pengguna bisa memprogram perangkat tersebut untuk terbang secara otomatis.

Fleye bisa didapatkan dengan cara menyumbang dana mulai dari 700 poundsterling atau sekitar Rp 14 juta di situs Kickstarter. Belum diketahui harga yang akan ditetapkan untuk drone ini setelah "lulus" dari situs tersebut.

Proyek Fleye sendiri sudah nyaris tuntas di Kickstarter. Pembuatnya berhasil mendapatkan dana sebesar 304.000 poundsterling atau sekitar Rp 6 miliar jauh melebihi target 175.000 poundsterling.

Jumat, 11 Desember 2015

Kamera Mirrorless Yang Cocok Buat Traveller


Kamera Mirrorless - Olympus OMD E-M10 Mark II


Olympus OMD E-M10 Mark II baru saja hadir di Indonesia. Kamera ini ditawarkan dengan paket lensa 14-42mm f3,5-5.6 EZ, premium lens 45 mm f1.8, Riva Mirrorless bag, senilai Rp. 20 jutaan.

Khusus paket launching perdana ini kamera beresolusi 16.1 megapiksel tersebut dibanderol hanya Rp. 13.999.000 khusus untuk pasar Indonesia. Olympus OMD E-M10 Mark II membidik segmen family dan traveller dengan segudang fitur dan teknologi kamera profesional.

“Dengan hadirnya Olympus OMD E-M10 Mark II, kini tool profesional berada di tangan Anda. Beragam fitur canggih kamera profesional sudah tertanam pada kamera ini," kata Sandy Chandra, Marketing Manager Olympus Customer Care Indonesia (OCCI) melalui keterangan resminya, Minggu (6/12/2015).

"Anda juga tidak perlu membawa tripod untuk menstabilkan gerakan ketika memotret atau merekam video. Fungsi tripod sudah tergantikan dengan adanya teknologi image stabilizer (IS) 5-axis di body kamera,” tambahnya.

Image stabilizer 5-axis Dalam Bodi :


Lebih lanjut, Sandy mengatakan bahwa teknologi In body Image Stabilizer (IS) dengan 5 axis tidak ada disematkan pada kamera lainnya selain di kamera Olympus.

"Biasanya, mereka (merek kamera lain) menyematkan IS pada bodi kamera 3 axis, lensa 2 axis. Kami menyatukannya dalam bodi kamera. Hasilnya lebih optimal. Menggunakan lensa tanpa teknologi IS pun, dijamin tetap stabil," tukasnya.

Fungsi IS diklaim berguna untuk mendapatkan hasil gambar yang stabil dan tajam ketika memotret dengan kondisi low light (yang membutuhkan slow speed) atau saat kondisi kamera terguncang ketika dalam mode video recording. Pada umumnya, IS memiliki 2 tipe yaitu yang terdapat pada lensa dan pada bodi kamera.

IS pada lensa menggunakan sebuah elemen optik tambahan yang terbatas hanya bekerja pada 2-axis yaitu pada sumbu x dan y, sedangkan IS yang terdapat pada bodi kamera Olympus OMD E-M10 Mark II bekerja dengan cara menggerakan image sensor sesuai arah gerakan pada sumbu x dan y, gerakan pitch (seperti gerakan mengangguk), yaw (seperti gerakan menggeleng), dan rolling (seperti gerakan lensa memutar).


Berkat IS 5-axis pada OMD E-M10 Mark II, fotografer dapat memotret dengan kecepatan shutter lambat tanpa khawatir blur dan ketika kamera sedang merekam movie, gambar menjadi jauh lebih stabil layaknya perekaman movie professional.

"Kemudian perlu diingat bahwa kamera menjadi ringan karena tidak memerlukan alat stabilizer tambahan seperti gimbal dan sebagainya yang alih-alih menambah bobot dan biaya. Terpenting dari semua itu, tentunya gambar tetap berkualitas tinggi dan tajam," ujar Sandy.

Jumat, 03 April 2015

Berapa Banyak Lensa Kamera Yang Diperlukan

 

Keperluan Lensa Kamera Untuk Pemotretan


Judul diatas adalah pertanyaan yang sering ditanyakan kepada saya. Sebenarnya jawabannya cukup sederhana: Saya perlu satu lensa untuk memotret.
  • Lensa sapujagat Tamron 16-300mm. Mungkin satu-satunya lensa yang Anda perlukan?
Tapi kalau ingin bisa memotret dengan berbagai keadaan dan sudut pandang bagaimana? Misalnya bisa sudut lebar, bisa sudut tele untuk subjek yang jauh. Nah, saat itu strateginya bisa dua macam: Dengan satu lensa yang cukup fleksibel atau yang biasa disebut lensa sapujagat seperti 18-200mm, 18-300, 28-300mm dan sejenisnya. Kekurangan lensa sapujagat adalah bukaannya tidak besar (biasanya f/3.5-6.3) dan performanya tidak konsisten. Artinya di sudut lebar (28mm) sampai menengah (100mm) cukup bagus, tapi diatas itu sudah kurang baik.

Jika tidak ingin berkompromi dengan kualitas foto, terpaksa harus sedikit repot ganti-ganti lensa. Lensa zoom yang kualitasnya bagus biasanya bukaannya konstan, contohnya 16-35mm f/4, 24-105mm f/4. Makin besar bukaannya, biasanya kualitasnya makin bagus, contohnya 16-35mm f/2.8, 24-70mm f/2.8, 70-200mm f/2.8. Sayangnya harganya juga makin mahal dan fisiknya relatif besar dan berat.

Kalau ingin berhemat dan berani repot, lensa fix yang gak bisa zoom biasanya lebih murah dari lensa zoom berbukaan besar, kualitasnya setara atau bahkan lebih bagus. Tapi karena gak bisa zoom, ya berarti harus sering ganti-ganti lensa dan rajin pindah-pindah saat komposisi.

Koleksi lensa saya mulai dari lensa lebar sampai telefoto. Dari focal length (jarak fokus) 16-200mm (di APS-C = 10-135mm) yaitu 16-35mm f/4, 24-70mm f/2.8, 70-200mm f/2.8. Ditambah dengan lensa fix bukaan besar seperti 85mm f/1.4, lensa fisheye 8mm f/3.5 dan sebuah lensa makro 70mm f/2.8, keseluruhan lensa tersebut telah memenuhi kebutuhan saya untuk hobi atau kerja.


Jika sudah punya koleksi yang cukup lengkap, cobalah mengunakan setiap lensa secara rutin, pahami kelebihan kekurangannya sebelum membeli lensa baru. Seperti mengganti kamera baru, kita baru akan bisa memahami dengan baik setelah mengunakan secara rutin dalam beberapa bulan dan mempelajari hasil foto dengan cermat.

Jangan cepat menyalahkan lensa, karena banyak faktor lain yang mempengaruhi kualitas foto, contohnya cuaca yang kurang tepat, lighting yang kurang pas dan sebagainya. Pada akhirnya lensa hanya sebuah alat untuk membantu kita mendapatkan hasil foto yang diinginkan.

Kembali lagi ke pertanyaan awal, meskipun sekarang saya beruntung memiliki koleksi lensa yang cukup lengkap, tetapi saat memotret saya cuma perlu satu lensa saja. Maka itu, saat hunting foto, biasanya saya juga cuma bawa satu sampai dua lensa saja. Semakin banyak lensa yang dibawa, biasanya saya semakin bingung mau pakai yang mana, akhirnya lebih banyak waktu dan tenaga habis untuk gonta-ganti lensa.